A Driver


Dokumen dari Kompas.com


A Driver
Sebuah “Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf)”
Oleh
Mustajib

Di suatu malam, kira-kira selepas isya, kami sekeluarga sedang asyik menikmati chicken basha di sebuah meja bundar dekat air mancur di tengah-tengah Riyadh Boulevard. Selain kami sekeluarga, banyak juga warga yang lain melakukan hal yang sama. Ada yang dari warga Indonesia, Warga Arab Saudi dan warga non-Indonesia dan non-Saudi. Yang mereka lakukan sama dengan yang kami lakukan, sesekali ngobrol sambil makan.

“Anda dari Indonesia?”, tanya seseorang, tiba-tiba dari meja sebelah, dalam bahasa Inggris. “Ya, dari Indonesia?” jawabku, dengan bahasa yang sama. Ia sepertinya, sekali lagi ‘sepertinya’, warga Saudi. Sudah sangat banyak orang Arab Saudi yang fasih bebahasa Inggris. Salah satu cara saya menilai kemahiran Orang Saudi berbahasa Inggris adalah ketika ia bisa mengucapkan kata ‘Parking’ (memarkir) dengan benar. Untuk kata tersebut, yang belum fasih akan mengucapkan ‘Barking’ (menggonggong). Setelah saling tanya beberapa hal, orang tersebut bertanya lagi, “Are you a diver?” Mendengar pertanyaan tersebut, kedua telinga saya terasa langsung panas.

Itu pertanyaan biasa, mungkin, bagi sebagian orang. Mungkin juga bagi si penanya. Dan tidak ada yang salah. Semua profesi baik, mulia. Apalagi sopir di Arab Saudi yang  sering mengantar penumpang ke Makkah dan Madinah untuk keperluan umrah, haji dan ziarah ke makam Rasulullah. Namun, bagi saya, pertanyaan itu, saat itu, terasa “lain”, Karena langsung ‘nembak’, to the point, langsung ‘mengunci’, tidak basa-basi – misalnya -- dengan ‘What do you do?’ Sudah jamak dalam benak sebagian orang Saudi, juga non-Saudi-non-Indonesia, bahwa ‘pendatang’ dari Indonesia, kalau bukan sebagai sopir ( A driver), ia mungkin pembantu rumah tangga (bagi kaum perempuan). Ini memang menjadi ‘Pekerjaan Rumah (PR)” yang besar bagi semua pihak terkait untuk mengubah image (citra) seperti itu. Bukankah kita pernah punya orang-orang hebat di Arabia Sauadi semisal Syekh Nawawi Al-Bantani (1812 -1897) dan syekh-syekh lain yang menjadi guru sekaligus Imam di Masjidil Haram? Dengan persepsi pejoratif seperti itu, di bawah sadar, saya menjawab, agak spontan dan sombong, mungkin, dan asal-asalan, “No. I am working in Indonessian Embassy”. Mendengar jawaban saya seperti itu, atau mungkin melihat wajah saya yang kurang bersahabat dan ditambah – mungkin – suara saya agak bergetar, orang itu hanya bilang, “Masha Allah. Okay, nice to meet you. Good night.” Tanpa menunggu respon dari saya, orang itu sudah ngeloyor, pergi.

 

Riyadh, 16 Maret 2024

Diplomatic Quarter (DQ), Riyadh, Arab Saudi

Pukul 21.58 Waktu Arab Saudi

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

3 Komentar

  1. Balasan
    1. Matur nuwun, Cak (mohon izin panggil Cak, untuk makin akrab)

      Hapus
  2. Terima kasih. Supaya lebih akrab lagi, izinkan saya sapa "Cakinin", yaa

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama