Oleh
Mustajib
“Maka berbahagialah kita di
grup Litersi yang benar. Yaitu kita berada di grup Rumah Virus
Literasi yang tiap hari kita disuguhi aneka Postingan tulisan yang berbagai
genre yang membakar kita untuk semangat menulis .... Dari Founder Abah Khoir,
Prof. Ngainun Naim, Abah Marjuki, Ibu Telly, Bu Kanjeng, Nyai Ning Pudji
Sidoarjo dan banyak teman-teman yang tiap hari posting tulisannya yang membakar
semangat kita untuk menulis ....”
Demikian beberapa untaian kalimat dalam tulisan Pak Mukminin berjudul “Sedekah Kata dengan Terbitkan Buku” di ‘rumah pribadinya’ – "Cak Inin Blog” -- pada Kamis, 28/03/2024. Nukilan Cak Ini – demikian sapaan akrabnya – menggoda saya untuk mengeluarkan tulisan lama saya, tentang menulis jua. Semoga bisa menadi “sedekah kata’.
Jika (terus) menulis,
maka berpotensi jadi penulis. Jika ingin menjadi penulis, bershabatlah dengan
penulis. Jika ingin menjadi penulis yang
baik, bersahabatlah dengan penulis – penulis yang baik pula. Sebaliknya, jika
tidak ingin menjadi penulis yang buruk, sebaiknya tidak terlalu akrab dengan
penulis-penulis yang buruk.
Itulah salah satu lesson-learned
(hikmah) yang dapat saya petik dari pernyataan Didi Junaedi dalam tulisan
ispiratarifnya yang berjudul “Bersahabatla dengan Al-Qur’an”. Penulis buku Ayat-ayat
Kebahagiaan tersebut menulis, “Persahabatan sangat besar pengaruhnya
terhadap diri seseorang. Bahkan, persahabatan ini akan membentuk karakter dan
kepribadian seseorang (Ruang Ispirasi, 21/02/2024).”
Anjuran untuk berteman dengan orang
baik ini didasarkan sabda Nabi Besar Muhammad SAW, yang mengatakan,
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang burruk ibarat seotrang penjual
minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual meniyak wangi mungkin akan memberimun
minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun
tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa
jadi (percikannya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau asapnya yang tak sedap (HR. Bukhari & Muslim).
Menjadi penulis adalah pilihan yang
baik karena menulis itu sendiri adalah pekerjaan yang mulia. Menulis merupakan
aktivitas menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran ke dalam bentuk tulisan
(Saputra, 2023 : 31). Agung Nugroho C. Saputro menjelaskan, Semua isi tulisan
pada dasarnya baik, sepanjang mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan dan
mencegah kemungkaran (amar makruf nahi mungkar). Tulisan yang buruk, jika ada,
adalah tulisan yang provokatif dan/atau secara terang-terangan mengajak kepada
kemungkaran dan kerusakan sendi-sendi duniawi maupun ukhrawi.
Lebih lanjut ditandaskan bahwa, menulis
itu merupakan kegiatan yang mulia juga karena dengan menulis maka ilmu
pengetahuan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat akan tedokumentasikan dan akan
dapat diteruskan dari generasi ke gereasi hingga hari kiamat. “Ikatlah ilmu
dengan dengan menuliskannya,” demikian pesan imam Ja’far Al-Shadiq (Saputra,
2023 : 8).
Untuk bisa menulis, kita pasti
bersepakat bahwa kita harus belajar menjadi penulis. Untuk menjadi penulis yang
baik dan mulia, selain belajar dan terus berproses, selayaknya kita bergaul
dengan para penulis yang baik dan mulia. Menjadi anggota “majlis taklim”
(membaca dan menulis) WhatsApp group (WAG) “Rumah Virus Literasi (RVL)”,
“Sahabat Pena Kita (SPK)’ dan/atau WAG-WAG sejenis yang anggota-anggotanya
antara lain dari kalangan intelektual, akademisi, ulama, dan guru besar,
pensiun guru dan sebagainya, insha Allah sudah bisa dikatakan bergaul dengan
dengan para “penjual minyak wangi (kasturi)” sebagaimana dianalogkan oleh
Rasulullah SAW.
Diplomatic Quarter (DQ), Riyadh, Arab Saudi.
Pukul : -
Masya Allah. Luar biasa Pak Mustajib
BalasHapusMasha Allah, tabarakallah wa jazakallah khair, Cak Inin. Semoga ttp sehat dan makin sukses. Aamiin
Hapus