Oleh
Mustajib
Tim Literasi Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) yang
dikordinatori oleh Bu Hernawati, MBA, sangat sering memberi tantangan (challenge)
literasi di setiap kesempatan atau event yang memungkinkan. Pada event
memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 25 November 2023 lalu, misalnya,
siswa-siswi kelas IV sekolah dasar (SD) sampai dengan kelas XII sekolah
memenegah atas (SMA) diberikan tantangan untuk membuat tulisan “My Teacher,
My Hero”. Dijanjikan, essai-esai yang baik akan diberikan ‘hadiah’ berupa
akan dibukukan, yang sebisa mungkin diupayakan ber-ISBN.
Kini sudah terkumpul 85 tulisan. Sudah siap untuk dikirm
ke percetakan guna proses persiapan publikasi lebih lanjut. Namun sebelum
dikirim, harus dibuatkan ‘Kata Pengantar’ terlebih dulu. Membuat kata pengantar
dimandatkan kepada kepala sekolah. Saya coba buatkan semaksimal yang bisa saya
lakukan dengan harapan ‘semoga ada manfaat di kemudian hari’.
Membaca tulisan-tulisan yang terseleksi berdasarlkan
standar-standar tertntu itu, saya teringat pada salah satu tulisan yang
terkumpul dalam buku Germs and Jewels : Wise Saying, Interesting Events
& Moral Lessons from the Islamic History yang dikompilasi oleh
Abdul-Malik Mujahid, diterbitkan oleh Penerbit Darussalam, tahun 2004 lalu. Tulisan
yang dimaksud adalah “Humility before Three” (hal. 27).
Diceritakan, Ameen dan Mamun, keduanya putra Kalifah
Harun Ar-Rasheed, memiliki seorang guru bernama Al-Kisai. Suatu hari sang guru
bangkit dari tempat tidurnya untuk hendak berpergian. Melihat kejadian itu,
kedua murid tersebut berlarian menghampiri sang guru yang mereka sangat hormati.
Mereka berebut untuk mengambilkan dan menyerahkan sandal sang guru. Sama-sama ingin
berbuat. Setelah saling adu argumen untuk beberapa lamanya, mereka bersepakat
untuk sama-sama membawa satu sandal ke sang guru.
Inti dari
cerita ini adalah mereka menghormati gurunya tidak sebatas kata-kata (more
than just verbal Respect). Mereka mengaktualisasikan penghormatan
dalam bentuk perbuatan nyata. Relevansi inti cerita ini dengan tulisan-tulisan
tentang “My Teacher, My Hero” ini adalah harapan agar tulisan-tulisan
dalam antologi tersebut menjadi langkah awal dan/atau langkah lanjutan untuk
bisa menghormati guru dengan semestinya. Penghormatan yang tidak hanya dengan
kata-kata atau puja-puji manis, tetapi juga ditunjukkan dengan prilaku
penghormatan yang nyata, takzim, tulus nan mulia. Kami sangat yakin, insha
Allah, para siswa SIR akan makin menghormati guru di waktu-waktu yang akan
datang.
Semoga
ikhtiar ini menjadi pemantik untuk menguatkan kompetensi literasi baca tulis
maupun karakter dalam rangka mengaktulisasikan nilai-nilai dalam Profil Pelajar
Pancasila yang didamba-dambakan oleh orangtua, masyakat, bangsa dan negara,
juga agama. Semoga ihtiar seperti dan serupa ini dapat terus ditumbuhkembangkan
di masa-masa datang. Aamiin.
Riyadh, 17 Maret 2024
Diplomatic Quarter (DQ), Riyadh, Arab Saudi.
Pukul : Menjelang Buka Puasa
Sangat menginspirasi Pak...
BalasHapusBapak Mustajib pengganti Pak Abdulloh Syifa' nggih...di SIR...
Terima kasih Bu Sri. Njih, saya pengganti Pak Syifa'. Salam sehat dan sukses selalu, Bu Sri
HapusAlhamdulilah jos jadikan buku. KAMILA PRESS pun siap terbitkan.
BalasHapusApa Bapak Pengganti Mas Abdullah Sifa' ( teman saya Jombang, Mantan Kepala Sekolah di Riyard. Duku sekolah guru SPGN Jombang lulusan 1985 bersama saya.
Terima Kasih, Pak (Cakinin). Njih, saya pengganti Pak Abdullah Sifa'. Masha Allah, ternyata teman sekelas. Salam sehat dan sukses selalu Pak
HapusMantap. Lanjutkan
BalasHapusTerima kasih, Pak Doktor. Mohon bimbingan selalu. Salam sehat dan sukses selalu.
Hapus