Upaya Mini untuk Terus Baca dan Menulis

 

                                                                

                                                                 Dok. Pribadi

Upaya Mini untuk Terus Baca dan Menulis
Oleh
Mustajib

 

Menjadi seorang penulis haruslah memiliki tradisi membaca. Tanpa membaca, menulis tidak akan menghasilkan tulisan yang bagus. Tulisan mungkin bisa selesai dibuat tetapi kualitas kurang bagus”.

Demikian pesan Prof Ngainun Naim dalam tulisannya “Membaca, Menulis dan Perjuangan” yang dimuat dalam di laman pribadinya spirit.literasi.id, pada Rabu, 20 Maret 2024. Sepertinya kita sepakat bahwa audien khusus dari pesan tersebut adalah siapa saja yang yang hendak menjadi penulis yang baik, baik penulis pemula maupun penulis “lanjutan yang masih lebih besar mimpinya ketimbang aksinya”.

Kita juga sepakat, insha Allah, bahwa membaca menjadi prasyarat utama untuk menjadi penulis yang baik (produktif dan berkualitas). Sepertinya kita semua sudah sangat mafhum dengan salah satu ‘jargon’ atau analogi dalam dunia jurnalisme “Kita tidak mungkin (maaf) kencing banyak jika tidak minum banyak”.

Alhamdulillah, bagi saya pribadi, keinginan menjadi penulis (semoga, yang baik) itu masih ada, masih tetap hidup dan berpendar nun jauh dalam lubuk hati yang paling dalam. Inilah salah satu hal yang saya syukuri di usia saya yang tidak lagi muda ini. Hal lain adalah masih ada keinginan untuk terus membaca.

Ada sejumlah kendala yang saya hadapi untuk terus menghidupkan aktivitas membaca. Kendala-kendala yang saya maksud mungkin terasa naif bagi orang lain. Pembaca mungkin menganggapnya sesbagai sesuatu yang mengada-ada. Jika dinilai seperti itu, tidak apa-apa.

Yang paling dominan adalah terbatasnya sumber bacaan cetakan (print-out). berupa buku-buku, majalah dan surat kabar. Keberadaan dan keterbatasan sumber-sumber bacaan seperti itu sangat saya rasakan saat di daerah rantau. Beda dengan ketika di daerah asal, alhamdulillah, kendala tersebut  bisa teratasi. Paling tidak, saya memiliki perpustakaan mini milik pribadi, sekalipun koleksi buku-buku, majalah dan lain-lain masing sangat terbatas.

Di sekolah tempat berdinas di rantau saat ini, memang ada perpustakaan sekolah. Tapi koleksinya sangat-sangat terbatas. Mau beli buku-buku untuk menambah koleksi bacaan untuk koleksi pribadi, disamping biaya cukup mahal, membawanya pulang menjada masalah tersendiri, terutama dari sisi biaya.

Buku-buku koleksi baru seperti itu (jika beli) bisa disumbangkankan perpustakaan sekolah, memang. Bisa jadi seperti itu, hanya saja, berdasarkan penglaman-pengalaman sebelumnya, sebagai penulis yang masih sangat tergantung pada referensi, buku-buku yang sudah kita baca (seluruhnya, dan apalgi sebagian) kadang-kadang di suatu waktu tertentu sangat kita perlukan lagi. ‘Sakit sekali rasanya’ jika kita butuh sesuatu segera tapi tidak segera tersedia.

Bagi seseorang yang benar-benar ingin menjadi penulis yang baik dengan tetap ingin menjaga asupan ‘nutrisinya” (ide, wawasan, dan lain-lain) memlalui membaca, kendala keterbatasan serupa itu idealnya tidak menjadi atau dijadikan alasan. Para pembaca bisa saja menyarankan atau merekomendasikan, “Masih ada alternatif-alternatif lain”. Satu diantara alternatif tersebut adalah membaca sumber-sumber yang berbasis internet, semisal e-books, e-journals, e-magazines dan lain-lain.

Di usia kepala lima, membaca sumber-sumber berbasis internets cukup susah. Paling tidak seperti yang saya rasakan, mata begitu kurang bersahata, cukup cepat lelah. Belum lagi, tidak semua sumber dapat diperoleh secara gtratis.

Agar saya bisa mempertahankan kebutuhan membaca terutama secara gratis, dengan sumber yang melimpah, mudah di akses, dan yang terpenting selalu up-to-date (termuthakhir setiap saat) – walau tetap versi online, saya membuat ‘Pustaka Mini Keluarga (PMK)’ versi WhatsApp Group (WAG). PMI ini saya isikan dengan link-link blog asyik yang bisa saya akses setiap saat.

Semoga dengan ikhtiar mini ini, saya tetap dapat membaca secara teratur untuk terus menggelorakan semangat menjadi penulis yang baik, sekalipun dengan menulis tulisan sesedernana . Aamiin

 

Riyadh, 20 Maret 2024

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

3 Komentar

  1. Mantab Pak Mustajib. Semangat walau di rantau demi tugas yg muliq.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap, Cak Ini. Sehat dan sukses selalu

      Hapus
    2. Siap. Matur Nuwun, Cak Inin. Salam sehat dan sukses selalu

      Hapus
Lebih baru Lebih lama