Pewaris Literasi (Part 1)

 

           Salah Satu Kebiasaan Rizky Sewaktu Kecil : Bawa Buku dan Corat-Coret di Kertas

Pewaris Literasi (Part 1)
Oleh
Mustajib

 

KEHADIRAN pewaris merupakan suatu kesyukuran tersendiri bagi seseorang yang akan mewariskan sesuatu, walau yang akan diwariskan itu tidak berupa uang, tanah, emas, ternak dan lain sebagainya.

Itulah yang saya rasakan : bersyukur dan sangat berbahagia dengan "kedatangan" dua (orang) pewaris. Sekali lagi, yang akan saya wariskan bukan benda-benda berharga serupa intan, permata, emas, uang, deposito, tanah, ternak, perusahan dan lain sebagainya.

Yang saya wariskan adalah ilmu dan/atau keterampilan berliterasi, khususnya menulis. Warisan ini semoga sesuai dengan petuah warisan dari Ali Bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib r.a. Sahabat sekaligus sepupu dan menantu Nabi  Besar Muhammad SAW ini berkata, “Ilmu itu adalah sebaik-baik warisan”.

Kedua pewaris yang saya maksudkan di atas adalah putra semata wayang, Muhammad Sukri Rizky Ramadhan dan putri ketiga, Witry Naylufar. Keduanya telah hadir sebagai pewaris literasi saya.

Saya bukan penulis besar. Bukan penulis handal. Bukan penulis produktif. Penulis yang biasa-biasa saja. Buku solo maupun antologi memang ada, namun kuantitasnya tidak sebanding dengan usia yang telah saya lewati dan nikmati. Apakah nantinya buku-buku yang saya hasilkan akan bertambah? Tidak berani saya pastikan karena kemampuan yang terbatas.

Satu-satunya yang berani saya pastikan tentang diri saya sendiri adalah saya memiliki semangat berliterasi – walau secuil -- dan menginginkan semangat itu diwarisi oleh anak keturunan saya. Minimal oleh satu atau dua orang diantara empat putra-putri saya.

Dari kedua pewaris literasi di atas (Rizky dan Naylu, demikian sapaan akrabnya), saya akan fokus pada pewaris yang lebih muda terlebih dahulu : Rizky.

Kini Rizky sedang duduk di kelas 1 sekolah menangah pertama (SMP). Beberapa waktu lalu, dalam kegiatan berliterasi – menulis cerita, guru Bahasa Indonesia memberi komentar, “Tulisanmu sudah bagus, tapi perlu disederhanakan”.

Semangat – untuk tidak menyebut bakatnya – untuk menulis terlihat saat kelas 2 sekolah dasar (SD). Tanggal 31 Desember 2018 lalu, ia menitipkan tulisan singkatnya untuk saya publikasikan di facebook (fb). Untuk tidak mengecewakannya, saya memuat tulisannya. Ternyata cukup lumayan yang komen, dengan “nada dasar” bahwa Rizky punya potensi untuk menjadi “penulis”. Berikut tulisan yang dititip tersebut.


Ketika membaca komen-komen tersebut dan lalu membaca kembali tulisan tersebut secara agak lebih seksama, sempat terbersit pertanyaan retoris dalam hati, “Benarkah itu tulisannya sendiri”. Namun penggunaan tanda baca yang masih berantakan, kealpaan menggunakan huruf besar pada kata-kata yang semestinya menggunakannya dan pemenggalan-pemenggalan bagian-bagian kalimat tertentu yang masih kacau meyakinkan saya untuk sementara waktu bahwa itu adalah hasil tulisannya.

Keraguan atas kemampuannya menulis itu secara signifikan sirnya ketika ia mendapat nilai 100 dalam ulangan mengarang Bahasa Indonesia (lihat https://www.mustajib.com/2024/03/haramkah-nilai-100-di-ulangan-mengarang.html). Merasa tidak percaya dengan hasil tersebut, saya coba membaca karangannya. Memang ada imajinasi-imajinasi “liar” yang menghentak. Untuk menghilangkan kesan subyektifitas, dipersilahkan pembaca membaca karangan hasil ulangan tersebut.

Keraguan itu seakan terkikis habis ketika membaca tulisan lainnya yang berjudul “Piagam Pada Salah Satu Pahlawan Sekolah”. Tulisan ini termuat dalam antologi “My Teacher My Hero”, kumpulan 85 tulisan siswa-siswi Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) jenjang SD, SMP dan sekolah menengah atas (SMA), yang diterbitkan oleh Penerbit Haura Utama, bulan Juni 2024 lalu.


Selengkapnya, tulisan yang termuat dari halaman 32 sampai dengan 34 tersebut adalah sebagai berikut.




Lima (5) buah karmina-nya (Pantun Dua Baris) termuat dalam “Antologi Karmina ASEAN” yang akan diluncurkan 20 – 21 Desember 2024 nanti di TMII Gedung Sasono Langen Budoyo, Jakarta. Karena bukunya belum diluncurkan maka kelima karmina buah penanya itu “belum boleh” dimuat dalam tulisan ini.

Insya Allah akan dimuat di catatan-catatan warisan berikutnya. Insya Allah.


Kuranji Dalang, 22 November 2024

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama