Oleh
Mustajib
Pada 22 November 2024 lalu, dalam https://www.mustajib.com/
ini, saya menurunkan tulisan Pewaris Literasi (Part 1, https://www.mustajib.com/2024/11/pewaris-literasi-part-1.html).
Di dalamnya saya wartakan sudah hadir dua (2) orang pewaris literasi dari putra
dan putri-putri kami. Pewaris literasi yang saya maksudkan adalah penerus
semangat literasi saya. Keduanya adalah Witry Naylufar (putri ketiga) dan
Muhammad Sukri Rizky Ramadhan (anak keempat, putra semata wayang). Pada
“Pewaris Literasi (Part 1)” tersebut saya mengetengahkan Rizky (demikian sapaan
akrabnya) dengan karya-karyanya, sejauh ini.
Pada Part 2 ini, saya ingin menyorot pewaris kedua :
Witry Naylufar. Naylu, panggilan akrabnya, kini (tahun 2024) berstatus sebagai mahasiswi
semester pertama di Universitas Mataram, jurusan Statistika. Menurut saya, dia
memiliki minat (potensi?) literasi baca-tulis. Potensi ini terlihat melalui
karya-karya yang telah publikasikan sejauh ini.
Sampai akhir tahun 2024 ini, setidaknya sudah dua
tulisan yang berhasil dipublikasikan. Kedua tulisan yang dimaksud berupa cerita
pendek (cerpen) dengan judul Gadis Hujan dan Laki-laki Kucing dan Temelak
Ilmi (tertulis Temelak Ilmise). Keduanya dimuat dalam buku Karya Kolaborasi
Siswa SIR yang diterbitkan oleh Penerbit Haura Utama, Juni 2024 lalu.
Temelak Ilmi terinspirasi oleh Temelak Mangan –
salah satu cerita rakyat (folktale) masyarakat suku Sasak di pulau
Lombok (Nusa Tenggara Barat/NTB) dengan tokoh utama bernama Temelak Mangan itu
sendiri. Nama lain dari Temelak Mangan adalah Doyan Medaran atau Doyan Neda.
Secara harfiah Temelak Mangan, Doyan Medaran, atau Doyan Neda berarti banyak
atau doyan makan.
Dalam salah satu versi cerita (baca : Te Melak
Mangan oleh Hapazah dalam buku Cerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat :
Pemenang Lomba Seni Penulisan Kreatif Cerita Rakyat Daerah NTB,
diterbitkan oleh Penerbit Arga Puji Press, 2013 : 262 – 289), Temelak Mangan
adalah putra semata wayang dari Pengulu Alim dengan istri tercintanya. Temelak
Mangan lahir setelah empat tahun dalam kandungan.
Salah satu “keistimewaan” dari Temelak Mangan adalah
suka atau doyan makan. Makannya berbakul-bakul, di rumah maupun di luar rumah
(lingkungan masyarakat). Karena prilaku inilah, Pengulu Alim sering merasa
malu di tengah-tengah komunitasnya.
Konsekuensi logis dari ‘keistimewaan’ tersebut, Temelak
Mangan tampil sebagai sosok yang memiliki kekuatan yang luar biasa (super
powerful). Batu besar, pohon besar, dan lumbung padi beserta semua isinya
dapat digotong dengan enteng. Dengan kekuatan ini dan dengan bantuan Ratu Mas
Prawira Dewi Anjani – Sang Raja Jin Penjaga Gunung Renjani, Temelak Mangan
dapat mengatasi segala rintangan dan hambatan yang menghadang. Berbekal keberhasilan
demi keberhasilan, seiring perjalanan waktu dan mobilitas lokus, Temelak Mangan
tumbuh menjadi pribadi yang semakin kuat baik secara fisik maupun secara
mental. Kematangan-kematangan inilah yang pada akhirnya menghantarnya menjadi Raja
Selaparang.
Lalu, apa kaitannya dengan cerita Temelak Ilmi? Dalam cerita Temelak Ilmi, sang tokoh utama ‘aku’ mengidentifikasi dirinya sebagai pribadi yang doyan ‘menyantap’ ilmu (Temelak Ilmi –‘ilmi’ diambil dari frasa Bahasa Arab ‘Thalibul ilmi’). Orang yang haus ilmu. Tokoh yang rakus dengan ilmu. Dengan ‘kerakusan’ ini, juga dengan sifat-sifat atau nilai-nilai positif yang dimiliki dan dicontohi dari tokoh Temelak Mangan lainnya, seperti sikap pantang menyerah, bijak, cerdas dan tidak pernah menyimpan rasa dendam, sang tokoh Temelak Ilmi akhirnya menjadi orang yang sukses, setidaknya sukses mengalahkan egonya sendiri dan kekerasan hati ibu tirinya.
Kisah selengkapnya dapat diikuti sebagai berikut.